*BLURB*
Adelia dan
teman-teman punya sebuah permainan.
Sebuah laleng
bekas diisi berbagai tantangan.
Yang mendapatkan
kertas itu harus melaksanakan tantangannya, dan diakhiri dengan ucapan “Terima
Kasih”.
Tantangan itu
sekedar iseng, tapi saat Rafa menantang Adelia untuk curhat dan merekam
perasaannya di ponsel Rafa tentang cowok yang ia taksir, Adelia kebingungan.
Yang Rafa tahu,
Adelia naksir Askar.
Yang Rafa dan
Adelia tahu, Askar naksir cewek lain.
Yang Rafa tidak
tahu, Adelia sebenarnya naksir Rafa
***
“Nama kalengnya apa?”
“Gimana kalau Thank You? Soalnya kan, setiap habis dare,
kita bilang terima kasih.”
“Gara-gara kamu baru belajar bahasa Inggris, ya, jadinya pakai
bahasa Inggris namainnya?
“Iya. Enggak apa-apa, kan? Soalnya aku suka lupa bahasa
Inggris-nya terima kasih. Suka ketuker sama kata lain,”
“Kata apa?”
“I miss you. Artinya aku kangen kamu.” – halaman 14
Thank You ternyata
merupakan nama sebuah kaleng. Kaleng bekas berisi kertas-kertas tantangan. Setiap
orang yang mengambil kertas itu harus melaksanakan tantangan yang ada
didalamnya, kemudian diakhiri dengan mengucapkan terima kasih.
Sejak kecil, Adel
dan Rafa tak pernah absen memainkan kaleng tersebut. Secara bergiliran mereka
mengambil kertas didalamnya lalu melaksanakan tantangan yang tertulis. Tak lupa
diakhiri dengan ucapan terima kasih.
Hingga kini,
mereka telah memasuki Sekolah Menengah Atas, kaleng tersebut tetap mereka
mainkan. Bedanya, kini mereka memiliki sahabat-sahabat baru yang juga ikut
memainkannya.
“....Kalau dia sampai tahu lo udah bohongin dia, lo
pikir, apa yang bakal dia rasain? Kalau gue sih, bakal MAKELAR-Marah Kecewa
Lalu Ragu-sama lo. Gu enggak bakal percaya lagi sama lo.” – halaman 148
Seperti persahabatan
kebanyakan, persahabatan Adel, Rafa dan ke-empat kawan mereka juga tak luput
dari pertikaian. Berbagai masalah datang menguji persahabatan mereka, dimulai
dari pengkhianatan, cinta bertepuk sebelah tangan, dan cinta diam-diam.
Persahabatan yang
terdiri dari 6 remaja itu pun goyah. Satu demi satu memilih pergi, hingga
menyisakan kembali Adel dan Rafa.
Parahnya, disaat
yang sama, Rafa sedang dekat dengan perempuan yang ia suka. Akibatnya selain
merasa cemburu, adel yang menyukai Rafa ini juga merasa kesepian. Teman-teman
yang biasa menemaninya tak ada lagi disampingnya.
“Bukan maksudnya gue bakal berubah drastis kayak yang
lainnya. Tapi, lo kan nggak mungkin mengharapkan gue buat slalu ada buat lo. Gue
juga punya hidup dan nggak selamanya di hidup gue ada lo—“ – halaman 163
Thank You adalah buku
pertama Adara Kirana yang aku baca. Jujur, awalnya aku tak menaruh ekspektasi
apapun terhadap buku ini, dan setelah mulai membaca, ternyata ceritanya ringan
dan mengalir begitu saja. Aku sangat sangat menikmatinya.
Yang ku sukai dari
buku ini, selain ceritanya mengalir, aku juga suka dengan tokoh-tokonya.
Karakter yang dibangun penulis sangat kuat dan konsisten, sehingga para tokoh
bisa melekat diingatan pembaca.
Ada 6 tokoh utama
dalam buku ini. Adel yang agak tertutup, Rafa yang sok tahu, Askar dengan
akronim konyolnya, Gilang dengan jalan tengahnya, Hana yang keibuan, dan Putri
yang paling senang dinyanyikan lagu khusus oleh orang lain.
Dari keenam tokoh
itu, aku menaruh perhatian besar kepada Askar, akronimnya itu lho..selalu buat
ketawa. Dalam situasi santai maupun serius, selalu ada aja akronim yang
kadang-kadang malah ngga nyambung, tapi sukses bikin aku ketawa.
“Karena gue temen lo. Temen dari kecil. Lo enggak bisa
suka sama gue. Pokoknya, deket sama gue itu enggak dihitung. Askar cowok
pertama yang deket sama lo,” –halaman 43
Kutipan diatas
adalah kutipan terbaper dalam buku ini. Jadi ceritanya itu Rafa lagi ngomong
sama Adel, dan rasanya sedih banget dalam posisi Adel yang naksir Rafa eh malah
dikasih kata-kata begitu. Yaa emang pada dasarnya aku suka dengan kisah friend
zone. Jadi dapet scene dikit tentang friend zone aku langsung baper, huhu.
Selain kisah ‘friend zone’ antara Rafa dan Adel,
enggak ada bagian khusus yang menjadi favoritku dalam buku ini, justru banyak
yang membuatku kesal. Kesal disini dalam artian bagus yaa, tandanya Adara mampu
menyampaikan dengan baik ceritanya, sehingga aku sebagai pembaca bisa kesal
karena terbawa suasana. Jadi, banyak sekali tindakan para tokoh yang membuatku
kesal, karena aku fikir itu sangat kekanak-kanakan. Tapi, setelah membaca
sampai habis buku ini, kekesalanku hilang. Semuanya terbayar oleh ending yang begitu WOW. Ku sukaaaa.
Serius aku suka.
Dengan jumlah 210 halaman, buku
ini nggak banyak memiliki kekurangan baik dari cerita maupun tulisan, entah aku
yang kurang peka atau bagaimana, tapi aku hanya menemukan kejanggalan di
halaman 118. Disana tergambarkan chat antara Adel dan kawan-kawan, disana
terdapat nama Gilang, hanya saja dari perkataannya itu sepertinya bukan Gilang
melainkan Putri, karena dikalimat sebelumnya dikatakan bahwa Gilang telah
meninggalkan obrolan dari group chat tersebut. Selain itu mulus-mulus saja sih aku baca.
Overall, aku suka
(banget) dengan buku ini. Karakternya kuat, ceritanya mengalir, dan endingnya
mengejutkan. Banyak pelajaran yang bisa diambil, khususnya menyangkut sikap
kita trhadap sahabat. Dimana kita harus mengendalikan sisi individualis kita
untuk kepentingan bersama. Terakhir aku tutup dengan salah satu kutipan di
halaman 91 :
“Tapi memang begitulah perubahan—dia tidak mau
repot-repot menunggu kita.”
Untuk kalian yang senang membaca kisah persahabatan
remaja yang manis dan ringan. Novel ini jangan sampai terlewat untuk dibaca. Karena
aku juga enggak ragu untuk memberi 4,5 bintang untuk buku ini. Adara, mulai
detik ini aku mengidolakanmuu!!
Regard,
Fridalia
01-08-2017
0 komentar:
Posting Komentar