Judul :
Daun yang Jatuh Tak Pernah
Penulis :
Tere Liye
Design dan ilustrasi sampul : Orkha Creative
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN :
978-602-03-3160-7
Cetakan :
Cetakan ke 29: Desember 2016
Jumlah halaman : 264
halaman
***
Dia bagai malaikat
bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan jalanan yang
miskin dan nestapa. Memberikan makan, tempat berteduh, sekolah dan janji masa
depan yang lebih baik.
Dia sungguh bagai
malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan teladan
tanpa mengharap budi sekali pun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan
membiarkan mekar perasaan ini.
Ibu benar, tak layak
aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas.
Maafkan aku, Ibu.
Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahwa sejak
rambutku masih dikepang dua.
Sekarang, ketika aku
tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang
tidak tahu diri, biarlah.. biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun...
daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggutkan dari tangkai
pohonnya.
***
Awalnya, Tania hanyalah
seorang pengamen jalanan. Bersama adiknya, ia harus rela putus sekolah dan
beralih mengais rezeki menjadi pengamen dari satu bis ke bis lainnya. Dari pagi
hingga malam. Suatu hari, ia bertemu seseorang yang mengubah kehidupan
keluarganya. Seseorang yang membuat Tania dan adiknya bersekolah kembali,
seseorang yang membuat Ia, adik dan Ibunya tinggal di rumah kontrakan, tidak
dirumah kardus lagi, seseorang yang membuat toko buku terbesar di kota menjadi
tempat favorit Tania. Seseorang itu bernama Oom
Danar.
“aku ingat sekali saat menatap mukanya untuk pertama
kali. Dia tersenyum hangat menentramkan. Mukanya amat menyenangkan. Muka yang
memesona oleh cahaya kebaikan.”
Saat pertama kali
mereka bertemu, usia Tania baru 11 tahun, sedangkan Danar 25 tahun. Jarak usia
yang terbilang jauh tak bisa menghentikan perasaan yang tumbuh dihati Tania
kepada Danar. Mungkin awalnya Tania tak tahu apa nama perasaannya, tapi Tania
tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik dan pintar. Ia tahu pasti ia mencintai Danar sebagai lelaki.
“...orang yang memendam perasaan sering kali terjebak
oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian di sekitarnya untuk
membenarkan hatinya berharap. Sibuk menguhubungkan banyak hal agar hatinya
senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul
yang nyata dan mana simpul yang dusta.”
Perasaan Tania terus
berkembang pada Danar, apalagi Danar memberikan perhatian lebih kepadanya,
membuat Tania berfikir ia memiliki harapan. Tapi kenyataannya, fikiran itu
salah. Danar justru membuat keputusan untuk menikah dengan wanita lain. Pupus
sudahlah harapan Tania. Namun, ada yang aneh setelah Danar menikah. Sifatnya
yang biasanya menyenangkan dan membuat semua orang nyaman berada didekatnya itu
menghilang, keanehan itu kemudian menjadi tanda tanya besar untuk Tania.
Apalagi Dede, adiknya mengaku tak tahu menahu perihal masalah ini.
“Kau pandai sekali menyembunyikan semua perasaan itu.
Semua pelukan itu. Semua tatapan itu. Kau pandai sekali... kau menipu dirimu
sendiri.”
---
Yap.. meskipun ini
novel udah lama banget, tapi aku tetap ingin mereviewnyaJ Dan sebenarnya ini
ke 3 kalinya aku menyelesaikan novel ini. Walaupun udah hafal banget jalan
ceritanya tapi ngga mengurangi kenikmatan aku dalam membacanya. Aku sangat
sangat menikmati novel ini dari halaman pertama sampai akhir. Walaupun
sebenarnya agak kecewa sih di ending, karena menurutku ini agak menggantung. Tidak
ada kejelasan dalam endingnya.
Menggunakan sudut
pandang PoV 1, kita akan bisa merasakan seperti benar-benar menjadi Tania sang
tokoh ‘aku’. Penulis juga dapat dengan baik mendeskripsikan segala sesuatunya
baik itu watak setiap tokohnya, maupun penggambaran suasana di satu tempat.
Seperti di toko buku yang menjadi latar utama novel ini, penulis menggambarkan
dengan jelas letak-letak kios di depan toko buku ini, juga suasana di depan
toko buku tersebut seperti lalu lintasnya, orang-orang yang lewat dan lainnya.
Hal ini lagi-lagi membuat aku seperti berada dalam suasana tersebut. Masuk ke
dalam ceritanya.
Novel ini tentu
tidak hanya berisi dua tokoh saja yaitu Tania dan Danar. Tapi juga ada
Dede-adik Tania-, Anne-sahabat Tania, Ibu, dan Ratna –istri Danar- dan masih
ada beberapa lagi. Tapi dari semua tokoh itu, dari 3x aku membaca novel ini
tidak ada yang benar-benar membuat aku suka. Kesemuanya memiliki kekurangan
yang membuat aku malah gereget akibat tindakannya masing-masing. Yang paling
aku geregetin atau kurang suka yaitu Danar karena setelah menikah ia justru
tidak memperhatikan istrinya, ia malah bersikap acuh tak acuh. Disitu aku
seperti bisa merasakan menjadi istrinya dan rasanya sakit banget. Jadi nyesek
sendiri bacanya.
Banyak pesan yang
aku dapat dari membaca buku ini. Tidak hanya tentang cinta, tapi juga tentang
kehidupan. Tania yang awalnya seorang pengamen namun bisa berhasil menjadi
orang sukses membuat aku percaya bahwa apabila kita terus berusaha semaksimal
mungkin kita akan bisa menggapai sesuatu yang bahkan kita tidak pernah
memimpikannya.
Ada beberapa bagian
yang aku tandai di novel ini, diantaranya yaitu
“...kehidupan
harus berlanjut. Ketika kau kehilangan semangat, ingatlah kata-kataku dulu.
Kehidupan ini seperti daun yang jatuh... biarkanlah angin yang
menerbangkannya... “ halaman 70
“Kebaikan
itu seperti pesawat terbang.
Jendela-jendela bergetar, layar teve bergoyang, telepon genggam
terinduksi saat pesawat itu lewat. Kebaikan merambat tanpa mengenal batas.
Bagai garpu tala yang bersonansi, kebaikan yang menyebar dengan cepat.”-
halaman 184
“Bahwa
hidup harus menerima.. penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti..
pengertian yang benar. Bahwa hidup harus
memahami.. pemahaman yang yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan,
pengertian, dan penerimaan itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian sedih
dan menyakitkan.”halaman 196
“Cinta tak harus memiliki. Tak ada yang
sempurna dalam kehidupan ini.”- halaman 256
Dan itulah sedikit
review dari aku. Meskipun menurutku endinya menggantung, tapi secara
keseluruhan aku sangat menyukainya. Aku fikir novel ini cocok buat siapa aja,
khusunya yang suka sedih-sedihan dan nyesek-nyesekkan seperti aku, hehe. 4,5
bintang untuk Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin ini. Sekian dari aku.
Mohon maaf apabila terdapat banyak kesalahan dan penulisan dan penyampaian
review ini. Terimakasih sudah sempat membaca J
Regard
Fridalia
14012017
0 komentar:
Posting Komentar