Jumat, 19 Mei 2017

[Book Review] Under Water - Marisa Reichardt

Judul                                                     : UNDER WATER
Penulis                                                 : Marisa Reichardt
Penerjemah                                       : Mery Riansyah
Penyunting                                        : Ayu Yudha
Penyelaras Aksara                          : Titish A.K
Design Cover                                     : emsn32
Penata Sampul                                 : @teguhra
Penerbit                                              : Penerbit Spring
ISBN                                                      : 978-602-60443-4-1
Cetakan                                               : Cetakan pertama, Maret 2017
Jumlah halaman                              : 330 halaman
*BLURB*
Memaafkanmu akan membuatku bisa memaafkan diriku sendiri.
Morgan tidak bisa keluar dari pintu depan apartemennya, rumah yang dia tinggali bersama ibu dan laki-lakinya.
Gadis itu merasa sedang berada di bawah air, tidak mampu naik ke permukaan, tidak mampu bertemu dengan teman-temannya, tidak mampu ke sekolah.
Saat Morgan kira dia tidak bisa menahan napasnya lebih lama lahi, seorang cowok pindah ke sebelah rumahnya.
Evan mengingatkannya pada laut yang asin, dan semangat yang dia dapatkan dari berenang. Mungkin, Evan adalah bantuan yang dia butuhkan untuk terhubung kembali dengan dunia luar..
--
“Sekarang aku hanya bersekolah online. Pergi ke sekolah yang satu lagi rasanya terlalu berat. Aku tak bisa mengendalikan hal-hal yang ada di dunia nyata. Mobil-mobil berbelok terlalu cepat. Pintu-pintu dibanting. Orang-orang muncul entah dari mana. Sangat tidak terduga. Aku tak suka hal yang tak terduga.”

Sejak kejadian 15 Oktober di sekolahnya. Dunia Morgan hanya berputar antara tembok-tembok apartemennya. Ia tak mampu melangkahkan kaki keluar, termasuk pergi sekolah dan melakukan kegemarannya-berenang- seperti biasa. Kini ia hanya bisa bersekolah melalui online dan melakukan kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan di dalam ruangan apartemennya.
Bayang-bayang kejadian itu terus saja menghantuinya. Membuatnya mual dan sesak. Akibatnya Morgan harus menjalani Terapi bersama Psikolog bernama Brenda. Namun Brenda tak selalu dapat menemani dan membantunya, ia hanya datang 2 kali dalam seminggu. Oleh karenanya saat ia mulai terkena serangan panik, yang ia butuhkan hanyalah obat.

“Apa kau betul-betul mengira hanya kau yang tertimpa kesulitan? Apa kau mengira kau satu-satunya orang yang marah mengenai apa yang terjadi?” -169

Suatu hari, seorang laki-laki seusianya bernama Evan pindah ke samping apartemennya. Evan yang seorang pelancar mengingatkan Morgan pada dunianya yang dulu. Dunia yang penuh dengan rasa semangat dan ceria. Dunia yang tidak ada ketakutan di dalamnya.
Evan mencoba masuk ke dunia Morgan saat ini. Namun itu tidaklah mudah. Morgan sangat tahu, kini ia berbeda. Ia memiliki kehidupan yang berbeda dengan Evan. Tapi Morgan juga tidak tahu Evan tidak mempermasalahkan itu, Evan justru ingin membuat Morgan kembali melihat Dunia luar seperti dulu. Lalu, mampukah Evan mengembalikan Morgan ke dunianya yang dulu?
--

Jujur, awalnya aku merasa bosan membaca novel ini, karena alur ceritanya agak lambat. Tapi rasa penasaran akan kejadian di 15 Oktober membuat aku ingin terus membacanya. Dan terbukti, saat potongan-potongan kecil di 15 Oktober mulai terbuka, aku menikmati novel ini. Ada aura menegangkan saat penulis menyampaikan cerita dan aku sukaa.

Novel ini  membuka fikiran pembaca tentang orang-orang yang mengalami trauma. Bahwa orang-orang seperti itu memang ada. Diceritakan menggunakan P.O.V dengan Morgan sebagai tokoh ‘aku’ membuat kita seperti bisa merasakan menjadi orang yang memiliki trauma itu. Bagaimana rasa takut dan panik itu rasanya sangat menyiksa, dan jika itu dialami oleh keluarga kita. Jangan tinggalkan mereka dan jangan anggap mereka berbeda. Karena peran orang terdekat sangat berpengaruh akan kesembuhan penderita.

“Banggalah pada diri sendiri. Aku bangga padamu.” - Brenda

Aku yakin, pembaca pasti jatuh cinta pada sosok Evan yang penyabar dan pacar-able banget deh, hehe. Tapi aku ngga kalah suka sama Sang Psikolog bernama Brenda. Seriously, aku sangat menyukai Brenda. Aku sangat menyukai bagaimana cara Brenda menghadapi sikap Morgan yang terkadang keras kepala dan mau menang sendiri. Aku suka respon respon yang Brenda berikan saat Morgan bercerita. Entah melalui verbal ataupun non verbal, rasanya pas dan logis. Karena Brenda, aku jadi tertarik belajar psikologi, supaya kalau dicurhatin bisa memberikan respon yang baik, hehe

Meskipun cerita yang disampaikan penulis sangat menarik, tapi ada satu yang agak menggangguku, yaitu penggunaan alur maju mundur. Terkadang aku bingung membedakan kejadian di masa kini dan masa sekarang. Entah mungkin aku yang kurang fokus atau bagaimana >.< tapi secara keseluruhan aku sukaa. Suka cerita menegangkan di 15 Oktober (penasaran yaa?) suka dengan sosok penyabar Evan. Dan sangat suka dengan respon-respon Brenda. So, ngga ada alasan untuk tidak membaca buku iniJ


Fridalia

0 komentar:

Posting Komentar

Warung Blogger

Warung Blogger ">

Blogroll

Blogger Perempuan">
 
Friday's Book Corner Blogger Template by Ipietoon Blogger Template